Fyi, gua nyontek opening tulisannya Gitasav. Wkwk.
Setelah baca pembuka tulisan Gita yang seperti di atas, gua langsung sadar. Selama ini gua seringkali nulis cerita soal pengalaman gua, nulis soal kecintaan gua terhadap seseorang atau sesuatu, tapi nggak pernah nulis untuk diri gua sendiri.
Dan akhirnya, gua akan menulis ucapan terima kasih kepada diri gua sendiri, sekarang.
Sebelumnya, mohon maaf kalo narsis. Hehe. Luv!
Intan, I know that you’ve done your best in the last one year.
Kamu melakukan usaha terbaik kamu untuk dapat pekerjaan setelah lulus S1. Berkat kamu, saya belajar sulitnya bersaing di real life. Berkat kamu, saya semakin bisa menghargai setiap pekerjaan, apapun bentuknya. Literally, apapun. Berkat kamu, saya belajar melihat “ibadah” dari setiap pekerjaan. Tidak ada pekerjaan yang pantas dikucilkan atau dipandang rendah, sebab di dalamnya ada usaha keras dan keringat deras yang tak pernah kita tau seberapa sulit untuk dilalui. Terima kasih, Intan. Telah menjadi pribadi yang mau faham dan menghargai.
Kamu melakukan usaha terbaik kamu untuk tidak merepotkan orang lain. Untuk menjadi mandiri. Untuk belajar menyelesaikan banyak hal sendirian, untuk melawan ketakutan dan kekhawatiranmu sendiri. Untuk tidak bergantung kepada orang lain. Untuk tidak dengan sengaja “berhutang budi” kepada orang lain. Terima kasih karena sudah menjadi semakin matang.
Kamu melakukan usaha terbaik kamu untuk membantu orang tuamu, keluargamu, teman-temanmu. Tanpa mengharapkan balasan, kecuali dari Tuhan. Terima kasih karena selalu percaya kata Tuhan, “Kalau kamu memudahkan urusan saudaramu, maka Tuhan akan memudahkan urusanmu.”
Kamu melakukan usaha terbaik kamu untuk tidak menangis atas kehilangan-kehilangan yang kamu alami. Terima kasih sudah menahan air matamu dan menumpahkannya sendirian demi tidak menambahkan rasa hilang di hati orang lain kalau saja mereka melihat air matamu.
Kamu melakukan usaha terbaik kamu untuk memberikan yang paling kamu bisa di saat-saat terakhir Om kecintaanmu ada di dunia. Terima kasih karena tak pernah berhenti mendoakan kesembuhannya saat ia sakit. Saya tau sulitnya kamu dalam sebulan pertama kepergiannya mengganti doa kesembuhannya menjadi doa pengampunan dan ganjaran surga baginya. Tapi kamu akhirnya bisa.
Kamu melakukan usaha terbaik kamu untuk mengikhlaskan laki-laki yang paling kamu perjuangkan di hati dan hidupmu selama 7 tahun terakhir untuk pergi ke pelukan orang lain. Terima kasih karena sudah menjadi begitu kuat, begitu tulus, begitu lapang dada. Terima kasih karena selalu percaya Tuhan pasti gariskan yang terbaik untuk kamu.
Kamu melakukan usaha terbaik kamu untuk mendampingi sahabat-sahabatmu yang juga memiliki tumpukan masalah, kesedihan, dan kehilangan, sama sepertimu. Terima kasih untuk selalu meluangkan waktu bagi sahabat-sahabatmu. Terima kasih untuk selalu menyediakan tempat bagi mereka yang butuh didengar dan ditenangkan. Terima kasih untuk membersamakan diri di momen-momen penting mereka. Terima kasih untuk selalu meletakkan mereka sebagai prioritas. Terima kasih sudah mengedepankan persahabatan dibanding yang lain-lainnya.
Kamu melakukan usaha terbaik kamu untuk berada di samping orang tuamu, mendampingi mereka, membantu mereka, mendoakan mereka. Saya tau seberapa berat hati dan pikiranmu saat merasakan dan memikirkan orang tuamu yang jatuh sakit. Saya tau kamu berusaha sebaik mungkin untuk menjadi seorang anak, seorang kakak, dan seorang adik yang bisa diandalkan. Terima kasih karena kamu akhirnya menyadari bahwa keluarga adalah segalanya. Terima kasih karena sudah membiarkan hati kamu sepenuhnya jatuh pada keluargamu.
Intan, terima kasih untuk 2018 yang penuh cerita dan pelajaran. 2019 akan membahagiakan kamu, semoga.
Sekarang, bermimpi lebih besarlah di 2019.
Luv,
Dari aku untuk aku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar